BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Pelayaran diselenggarakan berdasarkan:
a. asas manfaat;
b. asas usaha bersama dan
kekeluargaan;
c. asas persaingan sehat;
d. asas adil dan merata
tanpa diskriminasi;
e. asas keseimbangan,
keserasian, dan keselarasan;
f. asas kepentingan umum;
g. asas keterpaduan;
h. asas tegaknya hukum;
i.
asas
kemandirian;
j.
asas
berwawasan lingkungan hidup;
k. asas kedaulatan
negara; dan
l.
asas
kebangsaan.
Pasal 3
Pelayaran diselenggarakan dengan tujuan:
a. memperlancar arus
perpindahan orang dan/atau barang melalui perairan dengan mengutamakan dan
melindungi angkutan di perairan dalam rangka memperlancar kegiatan perekonomian
nasional;
b. membina jiwa
kebaharian;
c. menjunjung kedaulatan
negara;
d. menciptakan daya saing
dengan mengembangkan industri angkutan perairan nasional;
e. menunjang,
menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan pembangunan nasional;
f. memperkukuh kesatuan
dan persatuan bangsa dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara; dan
g. meningkatkan ketahanan
nasional.
BAB III
RUANG LINGKUP BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG
Pasal 4
Undang-Undang ini berlaku untuk:
a. semua kegiatan
angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran, serta
perlindungan lingkungan maritim di perairan Indonesia;
b. semua kapal asing yang
berlayar di perairan Indonesia; dan
c. semua kapal berbendera
Indonesia yang berada di luar perairan Indonesia.
BAB IV
PEMBINAAN
Pasal 5
1. Pelayaran dikuasai
oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah.
2. Pembinaan pelayaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pengaturan;
b. pengendalian; dan
c. pengawasan.
3. Pengaturan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi penetapan kebijakan umum dan teknis,
antara lain, penentuan norma, standar, pedoman, kriteria, perencanaan, dan
prosedur termasuk persyaratan keselamatan dan keamanan pelayaran serta
perizinan.
4. Pengendalian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi pemberian arahan,
bimbingan, pelatihan, perizinan, sertifikasi, serta bantuan teknis di bidang
pembangunan dan pengoperasian.
5. Pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan pengawasan pembangunan dan
pengoperasian agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk
melakukan tindakan korektif dan penegakan hukum.
6. Pembinaan pelayaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan seluruh aspek
kehidupan masyarakat dan diarahkan untuk :
a. memperlancar arus
perpindahan orang dan/atau barang secara massal melalui perairan dengan
selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman, dan berdaya guna,
dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat;
b. meningkatkan
penyelenggaraan kegiatan angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan
keamanan, serta perlindungan lingkungan maritim sebagai bagian dari keseluruhan
moda transportasi secara terpadu dengan memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi;
c. mengembangkan
kemampuan armada angkutan nasional yang tangguh di perairan serta didukung
industri perkapalan yang andal sehingga mampu memenuhi kebutuhan angkutan, baik
di dalam negeri maupun dari dan ke luar negeri;
d. mengembangkan usaha
jasa angkutan di perairan nasional yang andal dan berdaya saing serta didukung
kemudahan memperoleh pendanaan, keringanan perpajakan, dan industri perkapalan
yang tangguh sehingga mampu mandiri dan bersaing;
e. meningkatkan kemampuan
dan peranan kepelabuhanan serta keselamatan dan keamanan pelayran dengan
menjamin tersedianya alur pelayaran, kolam pelabuhan, dan Sarana Bantu
Navigasi-Pelayaram yang memadai dalam rangka menunjang angkutan di perairan;
f. mewujudkan sumber daya
manusia yang berjiwa bahari, profesional, dan mampu mengikuti perkembangan
kebutuhan penyelenggaraan pelayaran; dan
g. memenuhi perlindungan
lingkungan maritim dengan upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran yang
bersumber dari kegiatan angkutan di perairan, kepelabuhanan, serta keselamatan
dan keamanan.
7. Pemerintah daerah
melakukan pembinaan pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (6) sesuai dengan
kewenangannya.